Khazanah

Makna Al Ghaffar Menurut KH. Quraish Shihab

Published

on

Sumber Video

Salah satu sifat Allah Swt. adalah Al Ghaffar, biasanya diterjemahkan sebagai “Maha Pengampun”. Oleh karenanya ada kalimat doa “Allaahummaghfirlii” yang diterjemahkan dengan “Ya Allah ampunilah aku”.

Marilah kita maknai sifat Al Ghaffar ini lebih dalam lagi. Kata Ghaffar terambil dari akar kata Ghafara yang artinya menutup. Allah Al Ghaffar, Allah Maha Menutupi. Lantas apakah yang Allah tutup? Secara umum orang mengartikan Allah menutupi dosa hamba-hamba-Nya, yakni mengampuninya.

Ada juga yang berkata bahwa Al Ghaffar terambil dari akar kata Ghafara yang adalah sejenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat dari suatu penyakit. Jika menggunakan pendekatan arti ini maka berarti Allah mengobati penyakit-penyakit kejiwaan dari manusia.

Saudara…, dosa itu adalah kegelapan. Dosa itu kerisauan di dalam hati. Dosa itu adalah sesuatu yang mengganggu pikiran dan hati. Nah, kalau dosa dihapus maka hati menjadi tenang dan pikiran menjadi terang, ketika itulah Allah berarti telah mengobati seseorang yang sedang risau hatinya karena dosa-dosa yang dilakukannya.

Imam Al Ghazali memiliki pandangan yang lebih luas mengenai sifat Allah Al Ghaffar. Menurut beliau, Allah menutupi, banyak yang Allah tutupi yang mana kesemuanya itu menjadi kemaslahatan untuk umat manusia. Mari kita lihat, antara lain Allah menutupi sisi dalam organ tubuh manusia sehingga tidak terlihat kekotoran-kekotoran yang ada di balik perut kita ini. Kalau kekotoran itu terlihat maka tentu alangkah buruknya.

Yang kedua menurut penjelasan Imam Al Ghazali, Allah menutupi isi hati seseorang. Seandainya orang lain mengetahui isi hati kita yang kebetulan di dalam hati kita sedang ada rasa benci terhadap seseorang maka tentu betapa repotnya hidup ini. Namun, Allah menutupi isi hati kita sehingga orang lain tidak tahu apa yang ada di dalam hati kita.

Yang ketiga, Allah menutupi kesalahan-kesalahan manusia. Alangkah banyaknya orang yang berdosa di dunia ini, alangkah banyaknya orang yang berbuat maksiat, tetapi Allah tutupi aib-aib itu.

Ada seorang pencuri atau sebutlah koruptor yang sudah melakukan pencurian beberapa kali namun baru pada perbuatannya yang kesekian kali ia tertangkap. Ketika ia melakukan pencurian pertama kali Allah masih tutupi rahasianya itu. Yang kedua kalipun Allah masih tutupi. Boleh jadi pada kesempatan itu Allah masih berikan kesempatan baginya untuk bertaubat dan berhenti dari perbuatan buruknya itu. Namun, ketika ia melakukan yang kali ketiga, Allah bukakan rahasianya itu di hadapan manusia sehingga kejahatannya terbongkar dan ia pun ditangkap.

Saudaraku, bayangkan betapa banyaknya dosa, aib, keburukan, kesalahan kita yang sampai saat ini masih Allah tutupi dari pandangan manusia. Ini salah satu hikmah dari sifat Al Ghaffar.

Ada lagi pemaknaan Al Ghaffar yang keempat, yaitu Allah menutupi kesedihan-kesedihan kita dengan datangnya hari-hari pengganti yang menggantikan hari-hari kesedihan itu. Sehingga lambat laun kita mampu beranjak dari kesedihan itu kepada kegembiraan yang baru, bahkan kita berhasil melupakan kesedihan itu. Jika saja Allah tidak menutupi hari-hari kesedihan kita, atau Allah biarkan kita terus-menerus berada dalam kesedihan maka tentu hidup ini terasa sengsara.

Saudaraku, demikianlah pemaknaan dari Al Ghaffar, bahwa Allah Maha Menutupi atas banyak sekali hal dalam hidup kita. Allah menutupi aib, kesalahan, keburukan, Allah menutupi isi hati kita, Allah tutupi bagian dalam dari tubuh kita, Allah tutupi kesedihan-kesedihan kita. Semua itu harus menjadi bahan perenungan bagi kita untuk semakin dekat dengan Allah Swt.

Allah menutupi keburukan kita adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Allah tutupi dosa-dosa adalah kesempatan bagi kita untuk bertaubat. Allah tutupi kesedihan kita adalah kesempatan bagi kita untuk tidak berputus asa terhadap pertolongan-Nya. Dialah Allah, Al Ghaffar.

Sumber: Mutiara Hati SCTV, wasathiyyah.com