Wisata

Pagelaran Wayang, Ki H. Manteb Soedarsono – Puntodewo Jumeneng Ratu

Published

on

Sumber Video

Raden Puntadewa Dilantik Menjadi Raja Amarta

Hari pelantikan akhirnya tiba. Para tamu dan undangan dari berbagai negara telah hadir, antara lain Prabu Matsyapati dari Wirata, Prabu Dretarastra dari Hastina, Prabu Basudewa dari Mandura, Prabu Salya dari Mandraka, Prabu Drupada dari Pancala Selatan, dan Adipati Yamawidura dari Pagombakan. Hadir pula para pendeta seperti Resiwara Bisma, Bagawan Abyasa, Resi Druna, dan Resi Krepa.

Hari itu Raden Puntadewa resmi dilantik menjadi raja Amarta, yang merdeka tidak berada di bawah Kerajaan Hastina. Ia memakai gelar Prabu Puntadewa Yudistira. Prabu Matsyapati pun mempersilakan Prabu Puntadewa untuk memakai mahkota seperti raja pada umunya. Prabu Puntadewa mengaku dirinya tetap memakai gelung keling saja seperti sediakala, sebagai penghormatan untuk sang ibu yang telah menggelung rambutnya sejak kecil. Justru ia ingin berpenampilan sederhana meskipun telah menjadi raja. Ia bahkan melepas semua gelang dan kelatbahu, hanya menyisakan Kalung Robyong saja, karena itu warisan dari Arya Gandamana.

Dewi Kunti sangat terharu dan bahagia mendengar ucapan putranya itu. Ia berharap di dalam hati andai saja putra sulungnya, yaitu Karna Basusena juga ikut hadir di Indraprasta ini, alangkah bahagia perasaannya.

Prabu Puntadewa telah dilantik menjadi raja, sehingga tiba saatnya Raden Bratasena menepati janjinya untuk menikahi Dewi Urangayu. Esok harinya Dewi Kunti dan Batara Mintuna pun menggelar hajat pernikahan tersebut. Para tamu dan undangan memberikan ucapan selamat dan doa restu semoga mereka dikaruniai putra yang sakti, jujur, dan pandai.

Malam harinya, Raden Bratasena mewujudkan janjinya kepada Dewi Nagagini. Dulu ia pernah bersumpah tidak akan menyentuh istri pertamanya itu sebelum Raden Puntadewa menikah. Malam ini, ia pun berolah asmara dengan Dewi Nagagini. Sungguh berbeda dengan kebanyakan orang, Raden Bratasena melakukannya dengan cara mengayun-ayunkan tubuh Dewi Nagagini ke depan dan belakang dengan satu tangan (oncat-ancit). Anehnya, Dewi Nagagini merasa sangat puas dan bahagia diperlakukan seperti itu.

Setelah mengandung benih suaminya, Dewi Nagagini pun mohon pamit kembali ke Kahyangan Saptapratala.

Sumber: kanal Cah Gununggandul, albumkisahwayang.blogspot.com

10 of 10Next