Saintek

Mencoba Menelisik Siapa Sebenarnya Yang Paling Pantas Disebut Pribumi Indonesia

Published

on

Sumber Video

Kalau mau jujur, mungkin banyak diantara kita yang sejujurnya bukan benar-benar pribumi asli di negeri ini. Bahkan, saya sendiri juga kurang yakin kalau diri saya ini benar-benar murni pribumi walaupun kakek saya tercinta bernama Soeripan Soemodijojo. Nama yang sangat njawani dan itupun saya masih agak ragu bahwa beliau benar-benar murni etnis keturunan jawa, karena hidungnya mancung dan wajahnya agak ke arab-araban.

Lha wong kakek saya yang namanya jelas njawani banget saja masih saya ragukan kemurnian ke-pribumi-annya kok, apalagi yang namanya jelas berbau-bau arab, tionghoa ataupun barat. Mungkin yang benar-benar pribumi asli yang bernama njawani banget untuk saat ini sangat jarang ditemui.

Saya ini juga pakai nama jawa banget. Istilahe menggunakan nama jawa deles. Semua keluarga saya, nggak ada yang punya berbau-bau nama asing kecuali pakai nama jawa banget. Bahkan semua anak saya pun saya beri nama yang lebih njawani atau sedikit berbau-bau sansekerta.

Menurut kakek saya, makna dari nama njawani saya ini adalah seorang laki-laki yang baik dalam bertutur kata, serta mampu bertindak sebagai laki-laki yang adil.

Kok tiba-tiba sekarang muncul dikotomi yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu mengenai pribumi dan non pribumi. Memangnya nama-nama yang berbau arab, barat ataupun tionghoa itu lebih pribumi ketimbang nama-nama yang njawani banget. Apalagi dengan dilengkapi wajah-wajah yang lebih nggak njawani sama sekali.

Terus yang dimaksud pribumi asli itu siapa sih?  Kenapa kita nggak lebih bangga menggunakan atribut ke-Indonesia-an kita ketimbang meruncingkan dikotomi pribumi – non pribumi.

Bukankah sebagian besar dari kita ini imigran beberapa puluh, ratus, ribuan ataupun bahkan jutaan tahun yang lalu? Apakah kita masih mau memungkiri bahwa untuk saat ini sangat sulit bahkan nyaris mustahil untuk mencari etnis yang benar-benar murni pribumi di Indonesia?

Kalau ukurannya pribumi adalah mereka yang ikut berjuang dalam melawan penjajah, nyaris semua ras, etnis, golongan maupun agama bahkan mereka yang tidak masuk dalam golongan agama resmi kita (misalnya kelompok sedulur sikep – Samin Surosentiko) pun ikut serta melakukannya untuk bahu-membahu mengusir penjajah.

Lho katanya mengajak merajut keberagaman dan menenun kebangsaan. Kok tiba-tiba balik muncul pernyataan yang berbau-bau memperuncing dikotomi pribumi – non pribumi, kuwi “maksudmu piye to kang”?

Sumber Gambar: redaksikota.com; Sumber Video: kok bisa?